KLOVER'12_FMIPA_UNM

Ini teman kelas saya. Nama kelas kami "KLOVER", sebuah akronim dari 5 kata bahasa inggris yang tidak diartikan secara harfiah :). KLOVER adalah tempat saya belajar dan berbagi bersama mereka yang ada di foto ini. Meskipun saya tidak sedang di foto :'( hikzz

BIOLOGI

Welcome to my beloved "Jurusan Biologi FMIPA UNM"

UNM

Universitas Negeri Makassar - Tetap Jaya dalam Tantangan

Hitoochan

Teman, sahabat, keluarga, yang selalu ada :) Hitoo Asni

Kamis, 26 Maret 2015

mRNA, tRNA, dan rRNA

1. mRNA (messenger RNA/ RNA messenger/ RNA duta/ RNA pembawa pesan)
a. Struktur

mRNA merupakan RNA yang urutan basanya komplementer (berpasangan) dengan salah satu urutan basa rantai DNA. Panjang pendeknya mRNA berhubungan dengan panjang pendeknya rantai polipeptida yang akan disusun. Urutan asam amino yang menyusun rantai polipeptida itu sesuai dengan urutan kodon yang terdapat di dalam molekul mRNA yang bersangkutan.

b. Fungsi
mRNA berfungsi sebagai cetakan untuk biosintesis polipeptida atau protein. Adapun fungsi utama mRNA adalah membawa kode-kode genetik dari DNA di inti sel menuju ke ribosom di sitoplasma. mRNA berikatan dengan ribosom dalam sitoplasma dan akan menentukan struktur primer suatu protein.
c. Asal
mRNA disintesis dari DNA dalam bahan genetik di nukleus. Poliribonukleotida ini dicetak oleh salah satu pita DNA yang berlangsung dalam nukleus, dan kemudian dikirim ke ribosom dalam sitoplasma.

2. tRNA (transfer RNA/RNA transfer)
a. Struktur
Ukuran paling kecil diantara RNA yang lain. Panjang sekitar 75-80 nukleotida. Setiap RNA transfer merupakan untai tunggal, tetapi melipat balik dan menghasilkan sebuah struktur seperti daun semanggi. Ciri lainnya adalah mengandung beberapa basa yang tidak umum, yaitu adenine, guanine, dan urasil yang termetilasi. Selain itu terdapat mono nukleotida lain seperti asam ribotimidilat dan asam pseudouridilat.
Semua molekul tRNA mempunyai urutan ACC pada ujung 3'. Ujung A dari ACC merupakan titik perlekatan untuk asam amino spesifik yang akan melakukan reaksi polimerisasi pembentukan rantai peptide atau protein. Gugus karboksil atom karbon alfa asam amino yang akan ditransfer terikat pada gugus 3' hidroksil bagian adenosil A melalui ikatan ester.
b. Fungsi
tRNA berfungsi sebagai penginterpretasi antara asam nukleat dan bahasa protein dengan cara memilih dan membawa asam amino spesifik dan mengenali kodon yang tepat pada mRNA. Fungsi lain tRNA adalah membawa asam amino ke ribosom untuk dipolimerisasi membentuk rantai polipeptida. 
c. Asal
RNA jenis ini dibentuk di dalam nukleus, tetapi menempatkan diri di dalam sitoplasma.

3. rRNA (ribosomal RNA/RNA ribosom)
a. Struktur
Merupakan komponen struktural dari ribosom. rRNA membentuk sekitar 65% bobot ribosom. Molekulnya berupa pita tunggal dan tidak bercabang, serta mempunyai tempat basa-basa komplementernya membentuk pasangan-pasangan, tetapi tidak berupa heliks ganda.

RNA
Struktur sekunder dari bagian dari 23S rRNA dan beberapa fragmen dianalisis untuk mengikat protein ribosom L4. Gambar diambil dari : http://www.pnas.org/content/97/9/4597/F2.large.jpg
b. Fungsi
Fungsi dari rRNA adalah sebagai mesin perakit yang bergerak ke satu arah sepanjang mRNA dalam sintesis protein. rRNA bersama dengan protein akan membentuk struktur ribosom yang mengkoordinasikan pengkopelan berurutan molekul tRNA dengan seri kodon mRNA.
c. Asal
RNA ribosom dihasilkan oleh gen khusus, yaitu bagian kromatin yang melekat pada nukleolus. rRNA diproduksi di kromosom, disimpan di nukleolus, dan pada akhirnya menjadi bagian dari ribosom.


Rujukan

Campbell, N. A., Reece, J. N., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V. dan Jackson, R. B. 2011. Campbell Biology 9th Edition. San Fransisco : Pearson.

Fried, G. H. dan Hademenos G. J. 2006. Schaum’s Outlines : Biologi. Edisi kedua Diterjemahkan oleh : Tyas, D. Jakarta : Erlangga.

Mufida, W. A. 2012. “Macam - macam RNA”. http://w-afif-mufida-fk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-68844-1%20BioMed-Macam%20%20macam%20RNA.html. Diakses pada 22 Maret 2015.

Stansfield, W. D., Colomé, J. S., dan Cano, R. J. 2006. Schaum’s Easy Outlines: Biologi Molekuler dan Sel. Diterjemahkan oleh : Fahmi, V. Jakarta : Erlangga.

Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta : EGC.

Kamis, 12 Maret 2015

Contoh RPP K-13

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Sekolah                       : SMA
Mata Pelajaran            : Biologi
Kelas/Semester            : X/ Genap
Materi  Pokok              : Ekosistem
Alokasi waktu             : 1 pertemuan (1 x 45 menit)

A.    Kompetensi Inti:
1.    Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2.    Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.    Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4.    Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B.     Kompetensi Dasar
KD pada KI 1:
1.1         Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup.
1.2         Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses.
1.3         Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
KD pada KI 2:
2.1       Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur sesuai data dan fakta, disiplin, tanggung jawab,dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan,  gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.
2.2       Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar.
KD pada KI 3:
3.9. Menganalisis informasi/data dari berbagai sumber tentang ekosistem dan semua interaksi yang berlangsung didalamnya.
KD pada KI 4:
4.9  Mendesain bagan tentang interaksi antar komponen ekosistem dan jejaring makanan yang berlangsung dalam ekosistem dan menyajikan hasilnya dalam berbagai bentuk media.
C.    Indikator
Indikator KD 1:
1.1.1        Bersyukur kepada Tuhan atas segala yang diberikan terutama semua komponen yang menyusun lingkungan dimana kita dapat tinggal dan memanfaatkan apa yang ada disekeliling kita
1.2.1        Bersyukur terhadap adanya kemampuan pikiran yang diberikan dan dimiliki sehingga kita dapat mengolah/ menalar dengan berpikir ilmiah
1.3.1        Menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama masing-masing.
Indikator KD 2:
2.1.1        Mengumpulkan informasi berdasarkan fakta yang ada lingkungan (observasi) dengan jujur, teliti dan bertanggung jawab.
2.2.1        Menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar.
Indikator KD 3:
3.9.1         Menjelaskan komponen ekosistem dan interaksi yang terjadi antar komponen
D.    Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa dapat membedakan komponen ekosistem
2.      Diberikan gambar interaksi, siswa dapat membuat rantai makanan
E.     Materi Pembelajaran
1.      Komponen ekosistem
2.      Rantai Makanan
3.      Jaring-jaring makanan
F.     Metode pembelajaran
Model                    : Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pendekatan           : saintifik
Metode                  : ceramah, diskusi, observasi,
G.    Kegiatan Pembelajaran
                           Kegiatan Guru          
Kegiatan Siswa
Pendahuluan (10 menit)
·     Menyiapkan siswa untuk memulai pelajaran
·     Apersepsi pelajaran sebelumnya
Siswa menyimak penyampaian dan penjelasan guru
Kegiatan inti (30 Menit)
·     Menyampaikan tujuan dan menyiapkan peserta didik
·     Menyampaikan materi pembelajaran
·     Memberikan beberapa pertanyaan
·     Membuat tabel komponen biotik dan abiotik
·     Membagikan gambar kepada siswa

·     Menghubungkan gambar yang telah disiapkan dengan tanda panah,   berdasarkan informasi dari siswa
·     Menginstruksikan siswa untuk membuat rantai makanan dari gambar yang telah di hubungkan tadi
·         Menyimak penjelasan guru

·         Menyimak materi pembelajaran
·         Menjawab pertanyaan dari guru


·         Mengamati gambar diberikan oleh guru
·         Menyebutkan isi gambar yang diberikan oleh guru

·         Menyebutkan rantai makanan yang mungkin berdasarkan gambar di papan tulis
Kegiatan Penutup (10 Menit)
·     Meminta beberapa siswa untuk memberi kesimpulan
·     Memberikan tugas (pekerjaan rumah)
·   Menyampaikan persiapan untuk pertemuan berikutnya
·         Memberi kesimpulan terhadap apa yang telah dielajari
·         Menerima tugas dengan baik
·         Mendengarkan penyampaian guru
H.    Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
1.      Teknik penilaian          : tanya-jawab, penugasan
2.      Instrumen  penilaian    : beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru, LKPD
3.      Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
I.       Media/alat, bahan dan Sumber Belajar
1.      Media/ alat dan bahan : Kartu bergambar (proses makan dan dimakan), karton
                                      bergambar, spidol, penghapus papan tulis, portfolio
Sumber Belajar           : Buku SMA Kelas X Penerbit Erlangga,  Depdiknas, buku-
                          buku lain yang relevan, lingkungan rumah dan lingkungan sekolah.



book

Jumlah Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

          Penelitian tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. 
          Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya (metode, pendekatan, penggunaan media, teknik evaluasi dsb) (Jaedun, 2008).
          Ada beberapa model Penelitian Tindakan Kelas, yang paling umum dikenal adalah model Kurt Lewin, Model Kemmis & Mc Taggart, dan Model John Elliot. Pada dasarnya ketiga model tersebut dilakukan secara berulang dalam siklus. Pertanyaannya adalah, adakah jumlah siklus tertentu yang diharuskan dalam pelaksanaan PTK? 
          Menurut saya, jika di siklus pertama indikator keberhasilan tindakan telah tercapai, maka tetap dilanjut dengan siklus kedua sebagai penguatan, bahwa data yang didapatkan dari siklus pertama telah valid dan reliable. Sedangkan jika di siklus kelima indikator keberhasilan tindakan belum tercapai, saya rasa perlu dilakukan revisi-revisi pada bagian tertentu. Adapun mengenai jumlah siklus, menurut saya siklus yang dipakai minimal dua jika disimpulkan bahwa indikator keberhasilan tindakan sudah tercapai. Namun jika indikator keberhasilan tindakan belum tercapai setelah dilakukan beberapa siklus, penelitian harus tetap dilanjutkan dengan metode yang lebih variatif untuk menyelesaikan masalah yang ada.

book

Senin, 09 Maret 2015

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


1.        Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas terdiri atas tiga kata yang memiliki arti masing-masing. Penelitian adalah suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat atau penting bagi peneliti. Tindakan merujuk pada suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Kelas, pengertian kelas disini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.
Penelitian tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya (metode, pendekatan, penggunaan media, teknik evaluasi dsb) (Jaedun, 2008).  Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang dijumpai guru dalam kegiatan pembelajaran (Sukanti, 2008). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian yang berkonteks kelas yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru dalam pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas dapat dilakukan secara individu maupun kolaboratif (Ani W, 2008). Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian kasus disuatu kelas, hasilnya berlaku spesifik sehingga tidak untuk digeneralisasikan ke kelas atau ketempat yang lain dan analisis datanya cukup dengan mendeskripsikan data yang terkumpul (Paidi, 2008). Penelitian Tindakan Kelas atau dalam dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research (CAR) adalah sebuah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan tujuan memperbaiki mutu pembelajaran di dalam kelas (Arikunto, 2006).
Dari berbagai pengertian Penelitian Tindakan Kelas diatas, dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang bersifat kasuistik dan berkonteks pada kondisi, keadaan dan situasi yang ada didalam kelas yang dilaksanakan untuk memecahka permasalahan-permasalahan yang terjadi guna meningkatkan kualitas pembelajaran didalam kelas.
2.        Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Ishariwi (2008), dalam mengidentifikasi dan memformulasikan masalah Penelitian Tindakan Kelas  haruslah tepat dan memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a.    Identifikasi dan formulasi masalah harus memungkinkan untuk diteliti melalui Penelitian Tindakan Kelas
b.    Formulasi masalah dirumuskan secara baik dan benar serta jelas agar peneliti dapat dengan mudah meletakkan dasar teori atau kerangka konseptual dalam pemecahan masalah dan alternative solusi tindakan yang tepat.
c.    Formulasi masalah dan tindakan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi akan memudahkan peneliti dalam menyusun hipotesis tindakan dan mengumpulkan data penelitian.
d.   Formulasi tindakan harus mencerminkan kesesuaian dengn masalah yang diteliti dan menunjukkan perubahan atau peningkatan yang lebih baik.
e.    Masalah dalam penelitian tindakan berbeda dengan masalah penelitian pada umumnya (konvensional) karena dalam Penelitian Tindakan Kelas  peneliti terlibat langsung.
f.     Pemilihan masalah Penelitian Tindakan Kelas  memenuhi kriteria :
1)   untuk melakukan perubahan, peningkatan atau perbaikan proses kinerja (proses pembelajaran);
2)   memiliki dampak langsung terhadap peneliti yaitu menumbuhkan sikap dan kemauan untuk selalu melakukan upaya perbaikan
3)   menumbuhkan budaya meneliti dan menjadikan guru seorang peneliti.
Menurut Karso, karakteristik Penelitian Tindakan Kelas  adalah sebagai berikut:
a.    Berawal dari kerisauan kinerja guru
b.    Tujuan memperbaiki pembelajaran
c.    Self Reflective Inquiry (refleksi diri, agak longgar, tetapi sesuai kaidah penelitian)
d.   Ingin mengetahui akibat dari tindakan/sesuatu yang dilakukan.
e.    Fokus penelitian pada KBM
f.     Melakukan tindakan lanjutan sebagaiakibat tindakan sebelumnya.
g.    Otonomi menilai kinerja (mampu meneliti)
h.    Situasional
i.      Kontekstual
j.      Kolaboratif dan partisipatif
k.    Self evaluation: dievaluasi secara kontinu untuk perbaikan
l.      Flekibel dan adaptif
m.  Memanfaatkan data pengamatan dari perilaku empirik
n.    Situasional spesifik (Tidak digeneralisasi)
Adapun menurut Arikunto, dkk (2008), karakteristik Penelitian Tindakan Kelas  adalah sebagai berikut:
a.       Guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktek pembelajaran yang dilakukannya selama ini.
b.      Self-reflecting inquiri. Guru mengumpulkan data dari prakteknya sendiri melalui refleksi diri.
c.       Dilakukan di dalam kelas untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran.
3.        Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran dalam kelas sehingga dapat memperbaiki atau meningkatkan mutu, proses dan hasil pembelajaran.
4.        Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas meliputi beberapa hal yakni:
a.    Menumbuhkan budaya meneliti guru sehingga wawasan dan pengetahuan yang berasal dari pengalaman dalam penelitiannya semakin meningkat.
b.    Memungkinkan guru untuk menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
c.    meningkatkan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran.
d.   Meningkatkan profesionalisme guru
e.    Merangsang guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran
5.        Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
a.    Pelaksanaan penelitian tidak menganggu proses pembelajaran. Artinya, penelitian yang dilakukan guru tidak boleh mengubah suasana pembelajaran.
b.    Dilakukan berdasarkan keinginan guru.
Guru menyadari adanya kekurangan pada dirinya atau pada kinerja yang dilakukannya dan guru ingin melakukan perbaikan.
c.    SWOT Sebagai Dasar Berpijak
Penelitian tindakan dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang terdiri atas unsur-unsur:
S-Strength (kekuatan)
W-Weaknesses (kelemahan)
O-Opportunity (kesempatan)
T-Threat (ancaman).
Empat hal tersebut dilihat dari sudut pandang guru yang melaksanakan penelitian maupun siswa yang dikenai tindakan.
d.   Upaya Empiris dan Sistemik
Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, berarti guru sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap.
e.    Mengikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
Kata SMART mempunyai makna dalam proses perencanaan kegiatan penelitian tindakan. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah :
S – Specific, khusus, tidak terlalu umum.
M – Managable, dapat dikelola, dilaksanakan.
A - Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau.
R - Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan.
T - Time-bond, diikat oleh waktu.
6.        Desain Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa desain Penelitian Tindakan Kelas , yakni:
a.    Model Kurt Lewin
Kurt Lewin memperkenalkan Penelitian Tindakan Kelas pada tahun 1946 dengan konsep inti bahwa dalam satu siklus ada 4 langkah yaitu: planning, acting, observing, dan reflecting. Satu siklus tersebut selanjutnya dapat dikembangkan menjadi beberapa siklus sehingga terbentuk pola spiral. Model ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Desain PTK Kurt Lewin

b.      Model Kemmis dan Mc Taggart
Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart dan masih dekat dengan model Kurt Lewin dimana komposisi siklusnya sama. Perbedaannya adalah, pada model ini, setelah satu siklus diimplementasikan, dilakukan revisi terhadap implementasi siklus sebelumnya. Model ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Desain PTK Kemmis

c.       Model John Elliot
Model ini lebih rinci karena di dalam setiap siklus dimungkinkan ada beberapa aksi. Dalam penerapannya, dimaksudkan agar terdapat kelancaran yang lebih optimal antara taraf-taraf di dalam pelaksanaan pembelajaran. Model ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Desain PTK Elliot

d.      Model Dave Ebutt
Menurut Ebbutt, masih ada beberapa bagian dari model yang dikemukakan olehKurt Lewin, McTaggart, dan Elliott sehingga dia pun menyusun seindiri model Penelitian Tindakan Kelas nya sebagai berikut:
Desain PTK Ebutt





DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta: Bumi Aksara.

Karso, Penelitian Tindakan Kelas  dan Permasalahnnya. PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195509091980021-KARSO/PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf

Rahmawati, D. Penelitian Tindakan Kelas . penelitian-tindakan-kelas.pdf. diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/diana-rahmawati-msi/penelitian-tindakan-kelas.pdf



Umar, A dan Kaco, N. 2008. Penelitian Tindakan Kelas . Makassar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar